Rabu, 26 Oktober 2016

Kelahiran Sunan Giri dan wabah penyakit di Blambangan



Nama asli Sunan Giri adalah Raden Paku. Nama itu diberikan ayahnya, Syekh Maulana Ishak, saudara dari Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Nama Raden Paku itu diberikan ayahnya saat masih dalam kandungan ibunya, Dewi Sekardadu.

Saat Raden Paku lahir bersamaan dengan mewabahnya penyakit di Kerajaan Blambangan, sekarang Banyuwangi, Jawa Timur, yang diperintah Prabu Menak Sembuyu.

Berdasarkan babad Tanah Jawa, akibat wabah itu, banyak rakyat Blambangan tewas. Hari ini sakit, esok harinya mati. Seluruh penduduk sangat prihatin, berduka cita, dan hampir semua kegiatan sehari-hari tak bisa dikerjakan.

Apalagi putri satu-satunya Prabu Menak Sembuyu, bernama Dewi Sekardadu, ikut terserang penyakit. Selama sebulan penuh, dia terbaring sakit. Tabib dan dukun tak mampu menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu.

Sang rajapun makin gelisah, sampai membuat sayembara, siapa bisa menyembuhkan putrinya, jika laki-laki akan diambil menantu. Tak hanya itu, bagi siapa saja yang bisa mengusir penyakit akan diberi hadiah separuh dari wilayah Blambangan.

Kemudian diperintahkannya Patih Bajul Sengara, mengumumkan sayembara itu. Namun tetap saja tak ada yang mampu menyembuhkan sang putri dan mengusir wabah penyakit dari Bumi Blambangan.

Akhirnya, seorang resi Patih Bajul Sengara menemui seorang petapa yang diketahui bernama Syekh Maulana Malik Ibrahim. Pertemuan Bajul Sengara dengan Syekh Maulana Ishak sendiri dikisahkan atas petunjuk seekor merpati milik sang resi.

Singkat cerita, Syekh Maulana Malik Ibrahim pun datang menolong. Namun dengan satu syarat, jika Dewi Sekardadu sembuh dan wabah penyakit di Blambangan sirna, Prabu Menak Sembuyu harus mau mengucap dua kalimat syahadat.

Syarat disetujui, Syekh asal Negeri Campa ini memulai ritual pengobatannya. Dewi Sekardadu pun sembuh dari sakit dan wabah penyakit di Blambangan juga bisa diatasi.

Raja memenuhi janjinya, dia menikahkan Dewi Sekardadu dengan Syekh Maulana Ishak. Sayangnya, Prabu Menak Sembuyu ingkar janji dan menolak masuk agama Islam.

Bahkan, atas hasutan Patih Bajul Sengara, dia mengusir menantunya itu dari Blambangan, karena telah mempengaruhi rakyatnya yang semula beragama Hindu dan Budha untuk masuk Islam.

Tak ingin ada pertumpahan darah di Bumi Blambangan, Syekh Maulana Ishak pergi meninggalkan istrinya dalam keadaan hamil menuju Samudra Pasai, di Aceh, Sumatera dan menyebarkan Islam di sana.

"Sebelum pergi menuju Samudra Pasai, adik Syekh Maulana Malik Ibrahim ini berwasiat kepada istrinya, untuk memberi calon cabang bayinya dengan nama Raden Paku," terang Wakil Ketua Yayasan Makam Sunan Giri, Sobirin kepada merdeka.com.

Tak hanya kepada istrinya saja, Syekh Maulana Ishak juga sempat menemui Sunan Ampel di Ampel Denta, Surabaya. "Ada yang mengatakan, Sunan Ampel adalah sepupu dari Maulana Ishak, ada juga yang menyebut sebagai paman Sunan Ampel."

"Saat itu, Maulana Ishak berpesan kepada Sunan Ampel, jika kelak bertemu dengan putranya, agar diberi nama Raden Paku," sambung Sobirin.

Raden Paku, kelak menjadi wali disegani di Tanah Jawa, selain digelari Sunan Giri, mufti pengganti Sunan Ampel, juga menjadi penguasa di Giri Kedaton dengan gelar Prabu Satmoto.


0 komentar:

Posting Komentar